Nasaruddin Umar

NASARUDDIN Umar lahir di Ujung Bone Sulawesi Selatan pada tanggal 23 Juni 1959 buah pernikahan H. Andi Muhammad Umar dan H. Andi Bunga Tungke. Di tumbuh di tengah keluarga yang menaruh perhatian besar terhadap agama. Karena itu, sebelum menempuh pendidikan formal, pendidikan Umar pada masa kecil ditangani sendiri oleh orangtuanya.

Setelah itu, Umar melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Ujung Bone, lulus pada tahun 1970. Melanjutkan Madrasah Ibtidaiyah di Pesantren As’adiyah Sengkang, lulus 1971, Pendidikan Guru Agama di pesantren yang sama, lulus 1976. Setelah itu, ia kuliah di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Ujungpandang, lulus sebagai sarjana muda pada tahun 1980. Gelar sarjana lengkap diperoleh di kampus yang sama pada tahun 1984.

Jenjang pendidikan akademik Umar terus naik. Pada tahun 1992 ia lulus pendidikan strata 2 (S2) di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuh tahun kemudian, 1999, ia meraih gelar doktoral di kampus yang sama setelah mempertahankan disertasi berjudul Perspektif Jender dalam Al-Qur’an di depan dewan penguji sidang munaqasyah.

Umar juga mencerap ilmu hingga mancanegara. Ia pernah menjadi visiting student di Mc Gill University, tahun 1993-1994, visiting student di Leiden University, tahun 1994-1995, dan pernah pula mengikuti sandwich program di Paris University, tahun 1995. Pada tahun 1993-1996 ia melakukan penelitian kepustakaan di beberapa perguruan tinggi di negara-negara Eropa.

Kini, Umar tercatat sebagai staf pengajar di IAIN Syarif Hidayatullah dan Program Pascasarjana Universitas Paramadinamulya. Hingga pada 12 Januari 2002, ia dikukuhkan sebagai guru besar dalam ilmu tafsir pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sebagai seorang akademisi, Umar aktif menulis. Beberapa tulisannya tersebar di pelbagai media massa, jurnal, dan tak sedikit yang telah dibukukan. Misalnya, Pengantar Ulumul Qur’an (1996), “Poligami” dalam Bungarampai Pemikiran Ali Syariati (1999), “Perbandingan antar-Aliran: Perbuatan Manusia” dalam Sejarah Pemikiran dalam Islam (1996).

Tafsir Kesetaraan Jender

Nasaruddin Umar menempatkan diri sebagai salah satu mufasir Indonesia setelah disertasinya, Perspektif Gender dalam Al-Qur’an, dibukukan dengan judul Argumen Kesetaraan Gender, Perspektif Al-Qur’an. Buku ini diterbitkan oleh yayasan Paramadina pada tahun 1999.

Melalui buku ini terlihat jelas betapa seriusnya Umar dalam memperjuangkan kesetaraan jender. Pasalnya, disertasi di bawah bimbingan M. Quraish Shihab dan Johan Hendrik Meuleman ini dikerjakan selama 6 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, Umar menelusuri pelbagai sumber berbahasa Arab, Inggris, dan Ibrani di 27 negara.

Apabila mencermati proses penelitian yang demikian panjang, cukup beralasan ketika tabloid Tekad No. 24 Tahun 1 April 1999 menyebut riset Umar ini sangat istimewa. Juga tidaklah berlebihan sekiranya Azyumardi Azra menilai karya Umar ini merupakan sumbangan penting ke arah rekonstruksi dan reformulasi perspektif jender dalam kajian keislaman.

Alasan utama Umar melakukan penelitian jender dalam Al-Qur’an ini ditopang oleh prinsip dasar Al-Qur’an sendiri yang mengusung misi pembebasan manusia dari segala bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi seksual, warna kulit, ikatan primordial-etnis, dan lain-lain. Sementara pada kenyataannya, perbedaan laki-laki dan perempuan terus memendam pelbagai masalah, baik dari segi substansi kejadian maupun peran yang dimainkan di masyarakat.

Memang, anatomi biologis keduanya berbeda. Tapi efek dari perbedaan itu nyata-nyata membawa konsekuensi yang kurang mengenakkan bagi perempuan. Kaum hawa selama ini tetap saja terpasung oleh stigma budaya dengan pembatasan peran sebatas sumur-dapur-kasur atau macak-masak-manak.

Dengan perangkat metodologi yang kokoh, Umar mampu menunjukkan bahwa Al-Qur’an jelas-jelas menolak ketimpangan status dan peran antara laki-laki dan perempuan. Al-Qur’an melihat secara hakiki bahwa yang membedakan manusia, laki-laki dan perempuan, hanyalah kadar ketakwaan kepada Tuhan. []

Sumber: Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Insan Madani, 2007)

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment